Demi buah hati, orang tua selalu berupaya memberikan yang terbaik, termasuk soal makanan yang dikonsumsi anak-anak. Sayangnya, tidak sedikit orang tua memiliki pengetahuan minim mengenai makanan yang bergizi tinggi dan sehat yang seharusnya diberikan kepada anak-anak mereka. Tidak jarang mereka berpikir pintas, asalkan makanan tersebut cukup mahal, makanan itu baik dikonsumsi si buah hati.
Anggapan tersebut tentunya tidak tepat. Pasalnya, makanan-makanan mahal yang mengandung gula tambahan belum tentu baik untuk tumbuh kembang anak-anak. Makanan-makanan dengan gula tambahan diketahui mengandung indeks glikemik (glycaemic index) tinggi yang cukup berbahaya bagi kesehatan. Makanan-makanan itu dapat memengaruhi kerja pankreas dan organ-organ tubuh lainnya.
Indeks glikemik adalah ukuran untuk menunjukkan potensi peningkatan gula darah dari karbohidrat pada suatu jenis makanan. Semakin tinggi indeks glikemik suatu makanan, semakin cepat dampaknya pada kenaikan gula darah. Sementara itu beban glikemik (glycaemic load) adalah sistem peringkat kandungan karbohidrat dalam porsi makanan berdasarkan indeks glikemik.
Dalam ilmu kesehatan, pengetahuan tentang indeks glikemik dan beban glikemik sangat bermanfaat untuk memperoleh gambaran mengenai dampak makanan karbohidrat terhadap respons glikemik setelah dimakan, sekresi insulin, dan mempermudah mendeteksi risiko penyakit serta perkembangan kognitif pada anak. Oleh sebab itu, supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, orang tua harus mengetahui kandungan gizi dan gula tambahan dalam setiap kemasan makanan yang akan dibeli. Sebelum membeli, tidak ada salahnya orang tua membaca kandungan makanan yang tertulis di setiap kemasan makanan.
Jose Rizal Latief Batubara, Guru Besar Endokrin Anak dari Fakultas Kedokteran UI/RSCM, mengatakan pada era sekarang orang tua dituntut lebih cerdas dalam memberi makanan atau nutrisi tambahan terhadap anak-anaknya. Makanan tidak boleh asal diberikan karena hal itu bisa berdampak buruk pada kesehatan anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk meningkatkan pula wawasan mengenai kesehatan dan gizi anak.
"Anak-anak yang sering mengonsumsi makanan dengan kadar gula tinggi cenderung memiliki nafsu makan tinggi. Akibatnya, berat badan mereka naik secara signifikan dan menjadikan mereka gemuk alias obesitas," papar Jose Rizal di sela-sela seminar "Kenali Jenis Gula Tambahan,Indeks dan Beban Glikemik serta dampaknya pada Anak" yang berlangsung di The Energy Cafe, Gedung The Energy, Jakarta, Kamis (8/3).
Berbeda halnya dengan anak-anak yang sering mengonsumsi makanan berindeks glikemik rendah. Makanan berindeks glikemik rendah menjadikan nafsu makan anak lebih rendah sebab makanan tersebut membuat cepat kenyang. Rasa lapar muncul kembali setelah beberapa jam kemudian.
Oleh karena itu, makanan berindeks glikemik rendah sangat bagus untuk anak-anak penderita obesitas. Pasalnya, makanan yang umumnya kaya serat itu dapat membantu menurunkan berat badan. Pada umumnya, berat badan anak akan turun secara signifikan jika mengonsumsi makanan berindeks glikemik rendah selama empat bulan.
Jika dilihat secara umum, kebanyakan masyarakat Indonesia masih beranggapan gemuk merupakan lambang kemakmuran. Pandangan tersebut justru berbanding terbalik dengan kondisi di negara-negara maju. Di Amerika Serikat (AS), misalnya, obesitas justru melanda anak-anak dari golongan ekonomi lemah. Jose Rizal mengingatkan anggapan bahwa gemuk tidak selalu berarti berarti sehat. Hal yang terpenting adalah anak-anak berada dalam kondisi sehat dan sesuai dengan perkembangan usia mereka.
Dampak Buruk
Lebih lanjut, Jose Rizal mengatakan agar anak tumbuh sehat sebaiknya orang tua mengurangi pemberian makanan-makanan yang berindeks glikemik tinggi. Pasalnya, selain berisiko menyebabkan diabetes, makanan berindeks glikemik tinggi memicu terjadinya hipertensi, gangguan kardiovaskuler, kelainan ginjal, dan otot mudah lelah. Bahkan, hal itu berdampak buruk pada kondisi mental anak yang bersangkutan. Anak menjadi depresi karena menjadi bahan tertawaan teman-temannya.
Makanan dengan kadar glikemik tinggi juga dapat menyebabkan anak sulit tidur sehingga memengaruhi proses belajar dan perkembangan emosinya. Secara tidak langsung, hal itu akan mengganggu prestasi di sekolah. Perlu disadari pula bahwa anak-anak yang mengalami kelebihan berat badan setelah dewasa akan berisiko menderita penyakit jantung. Begitu pula halnya anak-anak yang bernutrisi buruk, fungsi otaknya dapat terganggu. Secara potensial, kondisi itu memengaruhi perkembangan kognitif dan perilaku anak.
Di sisi lain, walaupun makanan-makanan berindeks glikemik tinggi sebaiknya dihindari, tidak berarti anak menjadi kekurangan kadar gula darah. Pasalnya, rendahnya kadar gula darah di dalam tubuh menyebabkan seseorang menjadi pusing, berkeringat dingin, dan mudah marah. Untuk mengatasinya, biasanya anak dianjurkan mengonsumsi makanan berindeks glikemik tinggi supaya kadar gula darah cepat naik. Jadi, demi menjaga kesehatan anak, sebaiknya orang tua benar-benar memahami takaran dan jenis-jenis makanan yang benar-benar bergizi seimbang. faisal chaniago
0 komentar:
Posting Komentar