YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu yang hendak dicapai oleh Tamansiswa adalah menjadikan guru-guru yang dimiliki bergelar S1 dan S2. Dari 5.000 guru di 300 TK-SMA Tamansiswa, baru lima persen yang bergelar S2, sedangkan sisanya yakni 95 persen, terbagi rata antara guru yang bergelar S1 dan D3.
Demikian disampaikan Ki Bambang Widodo, Ketua Bidang Humas dan Kekeluargaan Majelis Luhur Tamansiswa, yang juga Ketua I Panitia Hari-Hari Besar Tamansiswa, Kamis (25/6), di sela-sela peringatan HUT ke-87 Tamansiswa.
Acara dari pagi hingga sore itu, diisi antara lain kunjungan ke Museum Dewantara Kirti Griya, Museum Sasmitaloka Panglima Besar Soedirman, serta ziarah ke makam Ki Hadjar Dewantara dan Panglima Besar Soedirman. Selain itu, digelar juga diskusi dengan 60 pamong sekolah-sekolah Tamansiswa di DIY.
"Secara kondisi sarana dan prasarana, kami akui Tamansiswa belum bagus. Namun muatan pendidikan lah, yang kami rasa terpenting, ketimbang bangunan fisik . Dengan beasiswa-beasiswa pendidikan Tamansiswa dan para donatur yang terus diusahakan meningkat, kami mendorong dan menyekolahkan para guru Tamansiswa. Untuk studi S1 dan S2 misalnya, untuk ke Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST)," ujar Ki Bambang.
Direktur Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial Departemen Sosial yang mengisi acara simulasi dan ceramah di depan pamong Tamansiswa, mengatakan bahwa guru adalah garda terdepan mencerdaskan bangsa. Gurulah yang mengenalkan budaya dan memahamkan pentingnya sejarah, kepada para siswa.
Panaryo, guru IPS di SMP dan SMK Nanggulan Kulonprogo mengaku bangga menjadi bagian dari Tamansiswa. Ketika ditanya berapa gajinya, ia tersenyum. Menjadi guru Tamansiswa, itu yang saya inginkan, ujar Panaryo yang sudah sejak tahun 1974 mengajar di sekolah itu.
Demikian disampaikan Ki Bambang Widodo, Ketua Bidang Humas dan Kekeluargaan Majelis Luhur Tamansiswa, yang juga Ketua I Panitia Hari-Hari Besar Tamansiswa, Kamis (25/6), di sela-sela peringatan HUT ke-87 Tamansiswa.
Acara dari pagi hingga sore itu, diisi antara lain kunjungan ke Museum Dewantara Kirti Griya, Museum Sasmitaloka Panglima Besar Soedirman, serta ziarah ke makam Ki Hadjar Dewantara dan Panglima Besar Soedirman. Selain itu, digelar juga diskusi dengan 60 pamong sekolah-sekolah Tamansiswa di DIY.
"Secara kondisi sarana dan prasarana, kami akui Tamansiswa belum bagus. Namun muatan pendidikan lah, yang kami rasa terpenting, ketimbang bangunan fisik . Dengan beasiswa-beasiswa pendidikan Tamansiswa dan para donatur yang terus diusahakan meningkat, kami mendorong dan menyekolahkan para guru Tamansiswa. Untuk studi S1 dan S2 misalnya, untuk ke Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST)," ujar Ki Bambang.
Direktur Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial Departemen Sosial yang mengisi acara simulasi dan ceramah di depan pamong Tamansiswa, mengatakan bahwa guru adalah garda terdepan mencerdaskan bangsa. Gurulah yang mengenalkan budaya dan memahamkan pentingnya sejarah, kepada para siswa.
Panaryo, guru IPS di SMP dan SMK Nanggulan Kulonprogo mengaku bangga menjadi bagian dari Tamansiswa. Ketika ditanya berapa gajinya, ia tersenyum. Menjadi guru Tamansiswa, itu yang saya inginkan, ujar Panaryo yang sudah sejak tahun 1974 mengajar di sekolah itu.
0 komentar:
Posting Komentar