SDN KEBON JERUK 15

Jln. Anggrek Cakra No.70 Rt.007/09 Kec. Kebon Jeruk - Jakarta Barat Telp 021 5363967.

SDN KEBON JERUK 15

Jln. Anggrek Cakra No.70 Rt.007/09 Kec. Kebon Jeruk - Jakarta Barat Telp 021 5363967

SDN KEBON JERUK 15

Jln. Anggrek Cakra No.70 Rt.007/09 Kec. Kebon Jeruk - Jakarta Barat Telp 021 5363967

SDN KEBON JERUK 15

Jln. Anggrek Cakra No.70 Rt.007/09 Kec. Kebon Jeruk - Jakarta Barat Telp 021 5363967

SDN KEBON JERUK 15

Jln. Anggrek Cakra No.70 Rt.007/09 Kec. Kebon Jeruk - Jakarta Barat Telp 021 5363967

Rabu, 25 November 2015

Bentakan Dapat Membunuh Sel Otak Anak

Tahukan anda di dalam setiap kepala seorang anak terdapat lebih dari 10 trilyun sel otak yang siap tumbuh. Satu bentakan atau makian mampu membunuh lebih dari 1 milyar sel otak saat itu juga. Satu cubitan atau pukulan mampu membunuh lebih dari 10 milyar sel otak saat itu juga. Sebaliknya 1 pujian atau pelukan akan membangun kecerdasan lebih dari 10 trilyun sel otak saat itu juga.
Dari beberapa artikel dan penelitian disebutkan bahwa, satu bentakan merusak milyaran sel-sel otak anak kita. Hasil penelitian Lise Gliot, berkesimpulan pada anak yang masih dalam pertumbuhan otaknya yakni pada masa golden age (2-3 tahun pertama kehidupan), suara keras dan membentak yang keluar dari orang tua dapat menggugurkan sel otak yang sedang tumbuh. Sedangkan pada saat ibu sedang memberikan belaian lembut sambil menyusui, rangkaian otak terbentuk indah.
Penelitian Lise Gliot ini sendiri dilakukan sendiri pada anaknya dengan memasang kabel perekam otak yang dihubungkan dengan sebuah monitor komputer sehingga bisa melihat setiap perubahan yang terjadi dalam perkembangan otak anaknya. “Hasilnya luar biasa, saat menyusui terbentuk rangkaian indah, namun saat ia terkejut dan sedikit bersuara keras pada anaknya, rangkaian indah menggelembung seperti balon, lalu pecah berantakan dan terjadi perubahan warna. Ini baru teriakan,” ujarnya. Dari hasil penelitian ini, jelas pengaruh marah terhadap anak sangat mempengaruhi perkembangan otak anak. Jika ini dilakukan secara tak terkendali, bukan tidak mungkin akan mengganggu struktur otak anak itu sendiri. “Makanya, kita harus berhati-hati dalam memarahi anak.” Tidak hanya itu, juga mengganggu fungsi organ penting dalam tubuh. Tak hanya otak, tetapi juga hati, jantung dan lainnya.
Teriakan dan bentakan menghasilkan gelombang suara. Ya, hampir semua orang mengetahui hal itu. Yang belum banyak diketahui orang banyak adalah, bentakan yang disertai emosi seperti marah menghasilkan suatu gelombang baru.
Emosi negatif seperti marah mempunyai gelombang khusus yang merupakan gelombang yang dipancarkan dari otak. Gelombang ini dapat bergabung dengan gelombang suara orang yang berteriak. Nah, gabungan gelombang suara dan gelombang emosi marah ini menghasilkan gelombang ketiga dengan efek yang khusus.
Efek dari gelombang ketiga ini adalah sifat destruktifnya terhadap sel-sel otak orang yang dituju. Dalam satu kali bentakan saja, sejumlah sel-sel otak orang yang dijadikan target akan mengalami kerusakan saat dia terkena gelombang ini, baik bila dia mendengar suaranya atau pun tidak. Hal ini karena gelombang ketiga ini tetap merambat sebagaimana dia gelombang suara tetapi langsung ditangkap oleh otak sebagaimana gelombang otak.
Efek kerusakan pada sel-sel otak akan lebih besar pada anak-anak yang dijadikan sasaran bentakan ini. Pada remaja dan orang dewasa mengalami kerusakan yang tidak sebesar anak-anak, tetapi tetap saja terjadi kerusakan.
Efek jangka panjangnya dapat dilihat pada orang-orang yang sering mengalami bentakan di masa lalunya. Mereka lebih banyak melamun serta termasuk lambat dalam memahami sesuatu. Orang-orang ini biasanya mudah meluapkan emosi negatif seperti marah, panik atau sedih. Mereka biasanya seringkali mengalami stress hingga depresi dalam hidup, karena kesulitan memahami pola-pola masalah yang mereka hadapi. Semuanya akibat dari sel-sel otaknya yang aktif lebih sedikit dari yang seharusnya.
Oleh karena itu, sebagai orang tua, pendidik, ataupun orang yang lebih tua dari “mereka”, sebaiknya memilih sikap yang lebih kreatif dalam menghadapi tingkah anak yang mungkin kurang baik. Seringkali orang tua bukan mencegah, mengarahkan, dan membimbing sebelum kesalahan terjadi. Seharusnya orang tua mempertimbangkan tingkat perkembangan kejiwaan anak, sebelum membuat aturan. Jangan menyamakan anak dengan orang dewasa. Orang tua hendaknya menyadari bahwa dunia anak jauh berbeda dengan orang dewasa. Jadi, ketika menetapkan apakah perilaku anak dinilai salah atau benar, patuh atau melanggar, jangan pernah menggunakan tolok ukur orang dewasa.
Semoga bermanfaat.

sumber :http://www.pendidikankarakter.com/bentakan-dapat-membunuh-sel-otak-anak/

12 Cara Mendidik Sopan Santun Pada Anak

Tingkat kecerdasan seseorang tidak menjamin terbentuknya karakter yang baik. Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa dewasa ini sikap sopan santun pada anak-anak berkurang drastis. Meskipun pelajaran tentang sopan santun telah diterapkan di sekolah, tetapi sepertinya sopan santun kini adalah sesuatu yang mahal. Pendidikan sopan santun yang paling utama berasal dari keluarga, dan kita tidak dapat menyalahkan sekolah atau pihak lain, apabila anak kita kurang memiliki sopan santun dalam bersikap. Karena sopan santun adalah suatu kebiasaan yang dibentuk dalam waktu yang lama.
Sebenarnya tidak pernah ada kata terlambat dalam mengajarkan sopan santun kepada anak, karena yang paling penting dalam mengajarkan anak sopan santun adalah teladan diri anda sendiri sebagai orangtua. Dengan kata lain, anak anda tidak akan menganggap serius hal ini, apabila anda sendiri tidak dapat memberikan contoh yang baik. Lantas, bagaimana cara mengajarkan sikap sopan santun yang benar pada anak? Berikut ini ada 12 cara untuk mendidik sopan santun pada anak.
1. Sejak Usia Dini
Kapan sebaiknya mengajarkan sopan santun ini dimulai? Sejak anak berusia 1-3 tahun sudah bisa dimulai dan dibiasakan untuk belajar sopan santun. Anda bisa mengenalkan sopan santun kepada anak mulai dari hal yang sederhana, seperti memberi salam, meminta izin, dan sebagainya. Dalam mengajarkan sopan santun janganlah menunggu ketika anak sudah besar, atau menyerahkan hal ini sepenuhnya kepada pihak sekolah, karena mengajarkan sopan santun adalah kewajiban orangtua sepenuhnya.
2. Jadilah Role Model
Cara mengajarkan sopan santun yang paling efektif adalah dengan memberikan contoh dan teladan yang baik kepada anak secara konsisten. Pembentukan perilaku anak sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Dengan melihat contoh perilaku orangtuanya sehari-hari, maka anak akan belajar bersikap sopan santun dengan sendirinya. Jadi mulailah bersikap sopan santun dan menjadi teladan bagi anak anda, karena cara terbaik untuk mengajarkan sopan santun adalah melalui contoh, bukan sekedar memberi nasehat.
3. Mulai Dari Hal Sederhana
Ingin menciptakan dunia yang lebih baik? Mulailah mengajarkan sopan santun dari hal-hal sederhana. Dalam bersikap sopan santun, ajarkan anak untuk terbiasa dengan empat kata penting, yaitu permisi, tolong, maaf, dan terima kasih. Biasakan anak untuk mengatakan “Permisi” ketika meminta izin, ingatkan anak untu mengatakan “Tolong” ketika meminta sesuatu, ajarkan anak untuk mengatakan “Maaf” ketika melakukan kesalahan, dan biasakan anak untuk mengatakan “Terima Kasih” ketika orang lain melakukan kebaikan untuk dirinya.
4. Lakukan Dengan Konsisten
Mengajarkan sopan santun adalah suatu proses. Mungkin anak anda masih sering lupa bagaimana harus bersikap baik, tetapi sebagai orangtua jangan pernah lelah untuk mengingatkan mereka. Dan apabila anak anda bertindak tidak sopan, janganlah terlalu mudah memaklumi sikap mereka, karena hal ini justru akan membuat anda terlihat tidak konsisten di mata anak.
5. Berikan Pujian
Ketika anak bersikap baik dan sopan, berikan mereka pujian atau hadiah berupa makanan atau minuman kesukaannya. Ada baiknya jika pujian tidak diberikan terlalu berlebihan, karena hal itu hanya akan membuat anak berlaku sopan untuk mendapat pujian. Pada prinsipnya, jika anak tidak tahu maka beritahulah mereka, jika anak sudah tahu dan melanggar maka tegurlah mereka, jika anak sudah tahu dan berubah maka pujilah mereka.
6. Serius Dengan Hal Ini
Ketika anak berbuat salah atau kurang sopan, jangan pernah dijadikan bahan untuk bercanda. Karena hal ini justru akan membuat anak sulit untuk memahami dan mengerti arti sopan santun yang sebenarnya. Dengan menjadikannya sebagai bahan lelucon, anak akan menganggap perbuatannya adalah hal yang lucu. Sebaiknya ingatkan anak dengan lembut ketika mereka berbuat salah.
7. Perhatian Pada Anak
Sesibuk apapun kondisi anda di rumah cobalah untuk memberikan perhatian dan respon atas perilakunya. Karena seringkali anak akan melakukan tindakan-tindakan yang dinilai kurang sopan hanya untuk menarik perhatian orangtuanya.
8. Bermain Role Play
Ajak anak anda untuk bermain peran, karena anak biasanya suka sekali bermain peran dengan temannya. Melalui kesempatan ini cobalah untuk melatih sikap sopan santun anak anda. Ketika mereka bersikap sopan dalam peran yang dimainkannya, pujilah sikap tersebut dan tunjukkan bahwa anda sangat menghargainya. Ajarkan pula bagaimana cara anak menyapa orang, dan bersikap kepada orang yang lebih tua.
9. Melalui Cerita dan Dongeng
Ada dua hal yang biasanya sangat disukai oleh anak, yaitu musik dan cerita. Ambilah kesempatan ini untuk menceritakan dongeng kepada anak saat menjelang tidur, pilihlah kisah yang menarik dari buku atau dongeng dan tambahkan dengan imajinasi anda, kemudian ceritakan sambil memasukkan nilai-nilai sopan santun kepada anak.
10. Kenalkan Dengan Agama
Pendidikan agama yang baik akan membantu memunculkan perilaku yang baik dan santun. Bagaimanapun agama adalah salah satu pilar yang sangat penting bagi manusia. Kenalkan anak dengan agama sejak usia dini, karena nilai-nilai moral yang diajarkan dalam agama sangat penting untuk menumbuhkan kedewasaan dan pembentukan karakternya ketika ia besar nanti.
11. Peluk Dalam Doa
Doa adalah salah satu bentuk keyakinan orangtua terhadap anaknya. Ketika anak anda tumbuh semakin dewasa, anda tidak bisa mengawasinya selama 24 jam sehari, dengan siapa anak bergaul, dan apa saja yang mempengaruhinya. Karena itu peluklah selalu anak anda dalam doa, dan doakan mereka agar tumbuh menjadi pribadi yang baik.
12. Butuh Proses
Mengajarkan sopan santun kepada anak membutuhkan kesabaran, karena ini merupakan sebuah proses dan mungkin membutuhkan waktu yang lama. Jika sopan santun belum terbentuk dalam perilaku anak, tunggulah dengan sabar dan tunjukan sikap yang baik, agar dibenaknya tertanam bahwa belajar sopan santun adalah suatu proses yang menyenangkan. Ingat, mengajarkan sopan santun tidak dapat dilakukan secara instan, karena ini adalah proses pembiasaan.
Sopan santun adalah sebuah etika yang harus kita miliki ketika hidup di lingkungan sosial. Mengingat sopan santun adalah hasil didikan dari orangtua dan bukan bawaan sejak lahir, maka sebaiknya mengajarkan sopan santun dilakukan sejak anak usia dini. Dan yang paling penting, ingatlah untuk selalu mengajarkan sikap sopan santun kepada anak dengan penuh cinta kasih, kesabaran, teladan, dan disertai dengan doa. Karena itu akan menjadi bekalnya kelak ketika anak tumbuh dewasa.
Semoga bermanfaat.

sumber : http://www.pendidikankarakter.com/12-cara-mendidik-sopan-santun-pada-anak/

9 Ciri Anak Cerdas Yang Wajib Diketahui Orangtua

Setiap orangtua selalu ingin mempunyai anak yang cerdas. Banyak orangtua melakukan berbagai macam usaha demi membuat anaknya menjadi lebih cerdas. Pada dasarnya perkembangan intelektual atau kognitif adalah aspek perkembangan pikiran. Bagian ini berperan penting terhadap pembentukan mental, pengambilan keputusan, penyelesaian masalah, bahasa, dan ingatan seorang anak. Perkembangan intelektual inilah yang kerap kali dihubungkan dengan kecerdasan anak.
Biasanya seorang anak baru bisa dikatakan cerdas ketika mereka telah memasuki usia sekolah. Meskipun demikian, ada beberapa ciri yang dapat anda ketahui apakah anak anda termasuk anak yang cerdas. Berikut ini adalah ciri-ciri anak cerdas yang wajib diketahui oleh setiap orangtua.
1. Sangat aktif
Anak aktif berbeda dengan anak hiperaktif. Jika dilihat dari aktifitasnya, sekilas memang terlihat hampir sama. Tetapi jika diperhatikan lebih dalam akan tampak perbedaannya. Anak aktif mempunyai fokus perhatian yang baik, lebih sabar, dan suka dengan kegiatan yang butuh banyak gerakan fisik, sedangkan anak hiperaktif biasanya tidak fokus, tidak bisa diam, tidak sabar, dan cenderung agresif. Masalahnya kini orangtua justru lebih senang apabila anaknya duduk diam dengan bermain gadget atau menonton televisi, daripada melakukan banyak kegiatan fisik. Padahal aktifitas dengan banyak kegiatan fisik sangat baik untuk merangsang kecerdasan anak.
2. Konsentrasi intens
Anak-anak umumnya kesulitan untuk berkonsentrasi dan fokus pada suatu hal. Tetapi anak cerdas mampu berkonsentrasi dengan intens dalam waktu yang lama, dan menyelesaikan pekerjaannya tanpa banyak terpengaruh dengan kondisi di sekitar.
3. Daya ingat kuat
Anak yang cerdas biasanya memiliki ingatan yang kuat terhadap berbagai macam informasi yang pernah dilihat atau didengarnya. Dengan daya ingat yang baik ini nantinya anak akan lebih mudah memahami dan menangkap pelajaran di sekolah. Selain itu daya ingat juga bermanfaat untuk membangun rasa percaya diri dan kemandirian anak.
4. Memiliki kosakata tinggi
Kecerdasan anak juga ditandai dengan penguasaan kosakata yang tinggi. Mereka bisa menggunakan kosakata yang sulit dengan tepat, dan bisa mengucapkannya dalam kalimat yang lengkap. Penelitian juga menemukan bahwa anak-anak dengan kosakata lisan yang baik, akan cenderung lebih cerdas di sekolah.
5. Memperhatikan detail
Kecerdasan anak juga dapat dilihat dari kebiasaannya memperhatikan sesuatu secara detail. Anak cerdas biasanya senang memperhatikan hal-hal detail yang sering dilewatkan oleh orang lain. Dan seringkali mereka selalu ingin tahu bagaimana cara kerja sesuatu secara spesifik.
6. Suka berimajinasi
Suka berimajinasi merupakan salah satu ciri anak cerdas. Biasanya anak suka berimajinasi dengan menirukan hal-hal yang ada di sekitarnya, misalnya dengan membayangkan awan berbentuk burung, atau membuat gambar dengan cerita yang dibuatnya sendiri.
7. Tertarik dengan banyak hal
Anak cerdas umumnya menunjukkan ketertarikannya dengan banyak hal. Mereka tidak hanya tertarik pada permukaan saja, tetapi juga ingin mengeksplorasi minatnya hingga lebih dalam. Mereka akan mencari tahu dan bertanya tentang banyak hal yang diminatinya.
8. Membaca lebih awal
Anak cerdas mempunyai rasa ingin tahu yang cukup tinggi terhadap segala sesuatu. Karena itu anda bisa memperkenalkan mereka dengan buku cerita bergambar yang sesuai dengan usianya, biasanya mereka akan penasaran dan ingin membaca sendiri buku tersebut. Secara alami, rasa penasaran itu akan mendorong anak untuk belajar membaca.
9. Mempunyai bakat seni
Anak dengan bakat seni seperti menggambar dan menyanyi juga termasuk dalam kategori anak cerdas. Ketika balita biasanya mereka mampu menggambar sesuatu dengan jelas atau menyanyi dengan nada yang tepat. Hal ini menunjukkan keseimbangan antara otak kiri dan kanan mereka.
Seringkali orangtua merasa penasaran, apakah anaknya mempunyai tingkat kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi. Umumnya seorang anak tidak membutuhkan uji kecerdasan sebelum memasuki sekolah dasar. Akan tetapi, untuk menguji kecerdasan intelektual anak sudah dapat dilakukan sejak anak berusia 3 tahun. Tingkat kecerdasan intelektual anak normalnya berkisar antara 85 hingga 115, karena itu seorang anak yang mempunyai kecerdasan intelektual (IQ) diatas 130 dapat dikategorikan sebagai anak jenius.
Dewasa ini masih banyak orangtua yang mengaitkan antara tingkat kecerdasan intelektual anaknya dengan keberhasilan dalam meraih kesuksesan kelak. Namun ada hal penting yang harus dipahami oleh orangtua, bahwa kecerdasan intelektual (IQ) hanyalah salah satu dari sekian banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan seorang anak.
Semoga bermanfaat.

sumber : http://www.pendidikankarakter.com/9-ciri-anak-cerdas-yang-wajib-diketahui-orangtua/

Bahaya Bermain Video Game Pada Anak

Dunia anak adalah dunia bermain. Kesenangan dan kebahagiaan mereka diantaranya adalah dengan menghabiskan waktu dengan bermain bersama teman-temannya. Namun saat ini aktifitas anak untuk bermain di luar ruangan sudah agak berkurang, karena banyaknya video game yang bisa mudah didapat. Sayangnya, orangtua sering memiliki pandangan yang keliru tentang video game. Banyak orangtua yang mengira anaknya jenius karena pintar bermain game dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Namun, apakah anda tahu bahwa jika anak-anak yang terlalu sering dalam bermain game bisa membahayakan fisik serta psikologisnya?
Sebuah penelitian yang dulu pernah dilakukan oleh Kaiser Family Foundation pada 2.032 orang anak yang berusia antara 3 hingga 12 tahun tentang berapa sering anak-anak usia tersebut bermain video game ataupun game di komputer. Ternyata sekitar 73% anak laki-laki yang berusia 8 sampai 10 tahun rata-rata bermain game selama satu jam per hari dan hampir 68% anak dengan usia 12 tahun hingga 14 tahun bermain game yang sebenarnya diperuntukan bagi usia 17 tahun ke atas.
Sebagaimana pernah dikutip dari Psychiatric Time, alasan anak-anak senang bermain game adalah karena ingin mencoba hal yang baru dan juga untuk dapat menghilangkan stres dikarenakan tugas sekolah ataupun karena adanya suatu masalah.
Tetapi ternyata terlalu sering bemain game dapat mempengaruhi kepribadian anak itu sendiri. Hal itu karena di usia 4 hingga 17 tahun anak-anak cenderung akan menyerap dan juga meniru segala sesuatu yang dilihatnya sehingga dapat berpengaruh pada perkembangan tubuhnya.
Apalagi sekarang ini cukup banyak game yang biasa dimainkan oleh anak-anak yang didalamnya mengandung unsur kekerasan. Dampak negatif dan bahaya video game bagi anak antara lain dapat membentuk karakter anak menjadi seorang pemberontak, rasa ingin tahu yang besar akan segala sesuatu yang sebenarnya dilarang, serta mempunyai tingkah laku yang kadang sangat sulit diterima oleh masyarakat.
Gangguan pada radang sendi anak
Salah satu yang menjadi masalah kesehatan dan seringkali terjadi pada anak yang senang main game adalah postur tubuhnya yang membungkuk atau bengkok, hal ini dapat terjadi akibat posisi duduk anak yang tidak beraturan saat bermain game di depan layar komputer atau televisi. Selain itu dengan seringnya bermain game setiap hari dengan rentang waktu yang cukup lama dapat menyebabkan kerusakan pada persendian ataupun iritasi kulit.
Gangguan pada penglihatan anak
Masalah lainnya yang juga bisa muncul karena banyak bermain game adalah seperti rusaknya penglihatan anak, hal ini dikarenakan waktu bermain game yang terlalu lama dengan jarak mata dan juga monitor yang terlalu dekat. Atau atau bisa juga dikarenakan ruangan yang gelap dengan gambar atau tampilan pada game yang berubah-ubah dengan cukup cepat. Hal ini pernah dibuktikan oleh sebuah penelitian di Inggris dan Amerika yang menemukan gejala sakit dan juga nyeri pada anak-anak setelah mereka bermain game di handphone ataupun membuka aplikasi lainnya selama berjam-jam. Penyebabnya adalah gerakan tangan yang selalu sama dan berulang-ulang ketika anak bermain video game di handphone. Dalam keadaan yang sangat parah, hal ini dapat menimbulkan rasa nyeri pada pergelangan tangan.
Bahaya obesitas pada anak
Bahaya atau dampak negatif lainnya dari terlalu seringnya anak bermain game adalah bisa menyebabkan seorang anak terkena obesitas. Itu dikarenakan kurangnya aktivitas di luar ruangan dan mereka hanya duduk saja depan layar.
Perubahan sikap dan perilaku anak
Selain beberapa masalah pada fisik anak, terlalu sering bermain game juga dapat menimbulkan beberapa masalah psikologis pada anak. Khususnya apabila game yang dimainkan oleh anak mengandung unsur kekerasan. Bisa saja anak-anak akan menirukan apapun yang telah dilihatnya tersebut di dalam kehidupan nyata, tidak heran apabila saat ini cukup banyak kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak di usia sekolah dasar.
Kekerasan dalam game ternyata jauh lebih berbahaya, karena anak selalu terlibat di dalam interaksi tersebut. Para pahlawan atau tokoh yang melakukan keke-rasan di dalam game tersebut tidak pernah mendapat hukuman dan malah cenderung dihargai, sehingga bisa saja anak akan berpandangan bahwa keke-rasan merupakan sesuatu yang sah dan benar. Penelitian ilmiah yang telah dilakukan dapat membuktikan anak yang cukup sering bermain game kekerasan cenderung berprilaku lebih agresif.
Beberapa dampak negatif dan bahaya bermain game video game bagi anak tersebut tidak terbatas hanya pada game online, game komputer ataupun fasilitas game lainnya, tetapi juga berlaku bagi anak yang terlalu sering main game di gadget seperti HP atau iPad.
Sebenarnya seorang anak boleh saja jika ingin bermain game, asalkan waktu bermainnya dibatasi dan hal yang paling penting adalah memilih game yang tepat untuk anak. Sekarang ini cukup banyak game edukatif seperti di android, namun harus tetap dibatasi penggunaannya agar tidak berlebihan. Serta yang tidak kalah penting adalah orangtua harus tegas dalam menentukan batasan waktu bermain game bagi anaknya.
Ada beberapa langkah yang dapat anda lakukan untuk membantu anak menghindari bahaya video game, antara lain:
  • Batasi waktu bermain video games, maksimal 2 jam sehari atau hanya saat akhir pekan.
  • Awasi ketika anak bermain agar tidak meniru hal-hal buruk yang mungkin ada di video game.
  • Pastikan anda memilihkan jenis permainan yang edukatif dan sesuai dengan usia anak.
  • Jangan letakkan perangkat video game di kamar anak, tetapi letakkan di ruang keluarga agar anda tetap dapat selalu mengawasi.
  • Beri anak pemahaman bahwa dalam kehidupan nyata tidak seperti yang digambarkan dalam permainan video.
Semoga bermanfaat.

sumber : http://www.pendidikankarakter.com/bahaya-bermain-video-game-pada-anak/

Hindari 5 Ucapan Ini Dalam Mendidik Anak

Apa yang sering diucapkan oleh orangtua sangatlah penting bagi anak, karena hal itu nantinya bisa membentuk kehidupan dan masa depan anak. Sayangnya hal ini tidak banyak diketahui oleh orangtua. Seringkali orangtua merasa cemas dan frustasi karena ada banyak hal yang dikhawatirkan terhadap anaknya, seperti nilai akademis, pergaulan, lingkungan sosial, dan tuntutan hidup. Sehingga kecemasan dalam diri orangtua ini berdampak pada pola komunikasi terhadap anaknya.
Sebuah penelitian menemukan bahwa bahasa mempunyai pengaruh yang besar ketika kita berkomunikasi dengan orang lain. Dan cara berkomunikasi yang baik dapat memberikan dampak positif pada hubungan orangtua dan anak untuk jangka waktu yang panjang. Begitu pula dengan ucapan negatif, juga akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Maka dari itu gunakanlah selalu bahasa yang baik ketika mendidik anak. Berikut ini ada beberapa ucapan yang sebaiknya anda hindari ketika mendidik anda.
1. Begitu saja tidak bisa!
Ini adalah bentuk ucapan yang mewakili rasa frustasi orangtua terhadap anaknya. Seringkali ucapan seperti inilah yang menbuat mental anak jatuh, sehingga sulit untuk membuatnya memiliki prestasi tinggi. Apa yang dirasakan anak pada saat orangtuanya berucap seperti ini? Anak akan merasa tidak mampu dan tidak berdaya. Lalu apa yang sebaiknya dilakukan. Hentikan semuanya, termasuk proses belajar. Silahkan ambil waktu dan beristirahatlah sejenak, tenangkan emosi anda, biarkan anak melepas ketegangan. Sambil anda beristirahat sejenak, pikirkan dengan kreatif pendekatan baru yang dapat membantu anak anda belajar. Kemudian masuklah kembali ke ruang belajar dengan kondisi yang lebih rileks dan tenang, bangkitkan semangat dan rasa percaya diri anak dengan penuh kasih sayang.
2. Kamu ditinggal saja ya!
Ucapan ini lazim dan banyak digunakan orangtua untuk mengancam anaknya, apakah ini baik? Tergantung kondisinya, ketika berada di rumah bisa jadi merupakan hal yang baik, karena anda sedang mengajarkan tepat waktu dan disiplin. Tetapi ketika berada di pertokoan umumnya hal seperti ini tidak akan terjadi, dan anak akan belajar bahwa orangtua mereka hanya memberikan ancaman kosong. Karena itu sebaiknya jangan pernah mengatakan kepada anak bahwa anda akan meninggalkan mereka. Solusi mudahnya adalah buatlah rencana perjalanan sebelum anda berangkat dari rumah.
3. Jangan manja, kamu kan sudah besar!
Ada beda antara anak yang merasa tidak mampu dengan anak yang manja. Sebaiknya anda tahu betul anak anda sedang malas, manja, atau memang tidak mampu dan membutuhkan bantuan anda. Sangat bisa dipahami, bahwa kemandirian dibutuhkan agar anak bisa tumbuh dengan baik, tetapi untuk mengajarkan kemandirian kepada anak sebaiknya orangtua perlu mengamati terlebih dahulu, apakah anak sudah mampu atau belum mampu. Ucapan seperti ini bisa membuat anak tidak datang kepada orangtuanya ketika ada masalah, dan anak akan mencari orang lain untuk mendapatkan bantuan. Hal ini akan membuat anak enggan untuk berkomunikasi lebih lanjut. Sekarang ini banyak anak yang merasa bahwa orangtua bukanlah solusi bagi mereka, semoga ini bukan anda. Karena akan sangat berbahaya jika anak mencari solusi dari luar yang belum tentu baik.
4. Minta maaf sana!
Ada banyak ucapan serupa yang tujuannya ingin mengajarkan sopan santun, tata krama, dan etika dalam hidup. Perbuatan baik akan diterima baik jika diberikan dengan contoh, bukan arahan semata. Coba bayangkan, lebih mudah mana bagi anak untuk berubah menjadi lebih baik, dengan hanya menerima perintah atau melihat contoh? Ketika anda memaksa anak untuk meminta maaf, anda tidak mengajarkan mereka kemampuan sosial. Maka dari itu, akan lebih baik jika anda memberikan contoh untuk memperkuat perilaku tersebut. Dan yang paling penting, katakanlah dengan lembut bukan ancaman.
5. Kamu bicara apa sih!
Anak kecil, terutama dengan tipe kepribadian sanguin, akan sangat senang bercerita tentang banyak hal yang terjadi dalam kehidupannya. Mungkin bagi orangtua, banyak cerita dari mereka sebenarnya adalah cerita biasa saja, dan cenderung tidak penting. Seringkali karena kesibukan dan rutinitas, banyak orangtua yang tidak peduli dalam sikapnya. Ucapan seperti ini adalah salah satu ungkapan ketidak pedulian orangtua. Bagaimana jika hal seperti ini masih berlangsung dan sering terjadi? Apa yang akan terjadi pada diri anak? Anak akan tumbuh sambil membawa pesan bagi dirinya, bahwa dia bukan orang penting. Tidak ada rasa percaya diri yang baik dalam dirinya, mereka akan merasa terabaikan dan tertolak. Dan ketika dewasa, mereka akan mencari perhatian dengan cara yang salah, membual, dan cenderung menyenangkan orang lain agar diterima.
Sebenarnya tidak ada orangtua yang sempurna, karena itu apabila anda mengucapkan hal-hal ini secara tidak sengaja, segeralah minta maaf pada mereka. Semoga dengan ini anda mendapat gambaran yang lebih besar, tentang ucapan-ucapan yang kurang mempedulikan anak.
Semoga bermanfaat.

sumber :http://www.pendidikankarakter.com/hindari-5-ucapan-ini-dalam-mendidik-anak/

9 Alasan Mengapa Anak Suka Berbohong

Tidak ada orangtua yang ingin anaknya memiliki kebiasaan berbohong. Tetapi tahukah anda, bahwa seorang anak sudah bisa berbohong sejak berusia empat tahun? Pertanyaannya adalah mengapa anak berbohong? Apakah karena mereka tidak mempunyai konsep moral yang baik, atau karena berbohong adalah satu-satunya pilihan untuk memperoleh apa yang mereka inginkan? Saat anak memasuki usia sekolah, biasanya berbohong dilakukan untuk mendapat apa yang mereka anggap berharga. Misalnya, untuk memperoleh benda yang diinginkan, mendapat penghargaan atau pujian.
Berbohong juga biasa dilakukan anak untuk menghindari sesuatu yang tidak menyenangkan, seperti menutupi rasa takut atau hukuman. Dan kebohongan semacam ini seringkali lolos dari perhatian orangtua. Salah satu kebiasaan berbohong yang paling sering dilakukan anak adalah dengan berpura-pura sakit. Biasanya kebohongan ini kerap kali dijadikan jalan keluar oleh anak, untuk menghindari hukuman atau situasi yang tidak menyenangkan di sekolah.
Hal semacam ini adalah akibat dari ketidakpahaman anak tentang arti berbohong. Ada 9 alasan mengapa anak suka berbohong, dan kondisi ini wajib untuk dipahami oleh setiap orangtua.
1. Takut dihukum
Sebuah studi menemukan bahwa hukuman justru membuat anak tidak mau mengatakan kebenaran. Hal ini terjadi karena kekhawatiran anak ketika dia mengatakan hal yang sebenarnya, mereka justru akan dihukum. Ada pula anak yang semula jujur menjadi berlatih berbohong karena perlakuan orangtua yang menghukumnya saat ia jujur. Karena itulah seringkali anak berbohong karena ia takut kalau berkata jujur akan dimarahi atau mendapatkan hukuman.
2. Ingin diperhatikan dan dipuji
Kebutuhan akan perhatian dan pujian kerap kali membuat anak mengarang cerita tentang dirinya, padahal hal tersebut tidak pernah terjadi. Misalnya, anak mengatakan kepada teman-temannya bahwa dirinya berhasil menjuarai suatu lomba, baru dibelikan mainan baru yang mahal, atau akan diajak jalan-jalan ke luar negeri.
3. Keinginan mendapatkan pengakuan
Jika anak bergaul dengan teman-teman yang suka berbohong, ia pun akan bertingkah laku yang sama dengan teman-temannya. Sebab, hanya dengan menunjukkan perilaku yang sama anak merasa dapat diterima oleh kelompoknya.
4. Tuntutan orangtua yang terlalu tinggi
Seringkali orangtua memberi tuntutan yang terlalu tinggi pada anak, sedangkan anak merasa tidak mampu untuk memenuhi tuntutan tersebut. Akibatnya anak pun berbohong untuk membahagiakan dan mendapatkan penerimaan dari orangtua.
5. Meniru orangtua atau tayangan televisi
Anak akan meniru perilaku orang dewasa disekitarnya. Jika orangtua memberikan alasan dan mengatakan sesuatu yang bersifat bohong untuk menghindari suatu kegiatan di depan anaknya, maka berarti secara tidak sadar orangtua telah memberikan contoh yang buruk kepadanya. Ketika anak melihat orangtuanya berbohong atau mengetahui orang-orang yang berbohong dari televisi, anak akan menganggap bahwa berbohong itu boleh dilakukan.
6. Menutupi kekurangan pada dirinya
Anak yang merasa memiliki kekurangan tertentu biasanya akan berusaha menutupi kekurangan tersebut dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan berbicara bohong yang melebih-lebihkan dirinya, yang berkebalikan dengan kekurangan yang dimilikinya.
7. Daya imajinasi yang sangat tinggi
Kadang daya imajinasi yang sangat tinggi membuat anak tidak mampu membedakan antara khayalan dan kenyataan. Ia pun kemudian mengatakan hal-hal yang sebenarnya hanya khayalan belaka. Misalnya, anak mengatakan bahwa dirinya bisa melihat hantu atau dapat melakukan berbagai pekerjaan.
8. Untuk mendapatkan keinginannya
Anak mengetahui bahwa dia tidak akan dapat memperoleh apa yang diinginkannya jika bersikap jujur. Oleh karena itu, anak berbohong demi mendapatkan apa yang diinginkannya.
9. Melindungi teman
Keberadaan teman begitu penting buat anak. Umumnya anak-anak akan selalu berusaha untuk menyenangkan, membantu, atau melindungi temannya. Salah satu cara yang dilakukannya adalah dengan berbohong.
Dengan mengetahui alasan-alasan tersebut, maka hendaknya orangtua dapat menciptakan komunikasi yang lebih kondusif, agar mendorong anak untuk belajar jujur. Karena ketika anak berkata jujur, maka permasalahan dapat diselesaikan dengan lebih mudah dan tepat sasaran. Dengan demikian kita dapat membentuk konsep moral anak menjadi lebih baik, dan berkembang menjadi pribadi yang positif dikemudian hari.
Semoga bermanfaat.
sumber : http://www.pendidikankarakter.com/9-alasan-mengapa-anak-suka-berbohong/